Sindrom prahaid (Bahasa Inggris: premenstrual syndrome, PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan pada usia melahirkan [1] mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya [2].
Gejala tersebut dapat diperkirakan dan biasanya terjadi secara regular
pada dua minggu periode sebelum menstruasi. Hal ini dapat hilang begitu
dimulainya pendarahan, namun dapat pula berlanjut setelahnya [1].
Pada sekitar 14 persen perempuan antara usia 20 hingga 35 tahun,
sindrom pramenstruasi dapat sangat hebat pengaruhnya sehingga
mengharuskan mereka beristirahat dari sekolah atau kantornya [3].
Gangguan kesehatan berupa pusing, depresi, perasaan sensitif
berlebihan sekitar dua minggu sebelum haid biasanya dianggap hal yang
lumrah bagi wanita usia produktif. Sekitar 40% wanita berusia 14 - 50
tahun, menurut suatu penelitian, mengalami sindrom pra-menstruasi atau
yang lebih dikenal dengan PMS (pre-menstruation syndrome). Bahkan survai
tahun 1982 di Amerika Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% wanita
dengan sosio-ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi.
PMS memang kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan
dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan haid.
Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai
beberapa hari setelah selesai haid